This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Kamis, 28 Oktober 2010

Khasiat Dan Manfaat Buah-Buahan Alami Bagi Tubuh Manusia

Buah adalah salah satu jenis makanan yang memiliki kandungan gizi, vitamin dan mineral yang pada umumnya sangat baik untuk dikonsumsi setiap hari. Dibandingkan dengan suplemen obat-obatan kimia yang dijual di toko-toko, buah jauh lebih aman tanpa efek samping yang berbahaya serta dari sisi harga umumnya jauh lebih murah dibanding suplemen yang memiliki fungsi yang sama.
Di bawah ini kita dapat melihat kandungan, khasiat dan manfaat sehat dari beberapa jenis buah yang ada di bumi :


1. BUAH TOMAT (TOMATO)

- tomat mengandung vitamin A, B1 dan C.
- tomat dapat membantu membersihkan hati hati dan darah kita.
- tomat dapat mencegah beragam penyakit dan gangguan kesehatan lain seperti :

  • a. gusi berdarah.
  • b. rabun senja / kotok ayam.
  • c. penggumpalan darah.
  • d. usus buntu.
  • e. kanker prostat dan kanker payudara.


2. BUAH PEPAYA (PAPAYA)

- pepaya mengandung vitamin C dan provitamin A.
- pepaya dapat membantu memecah serat makanan dalam sistem pencernaan.
- pepaya dapat mebuat lancar saluran pencernaan makanan.
- pepaya dapat menanggulangi atau mengobati beragam penyakit dan gangguan kesehatan lain seperti :
  • a. menyembuhkan luka.
  • b. menghilangkan infeksi.
  • c. menghilangkan alergi


3. BUAH PISANG (BANANA)

- pisang mengandung vitamin A, B1, B2 dan C.
- pisang dapat membantu mengurangi asam lambung.
- pisang bisa membantu menjaga keseimbangan air dalam tubuh.
- pisang dapat menanggulangi atau mengobati beragam penyakit dan gangguan kesehatan lain seperti :
  • a. gangguan pada lambung.
  • b. penyakit jantung dan stroke
  • c. stress
  • d. menurunkan kadar koleterol dalam darah.


4. BUAH MANGGA (MANGO)

- mangga mengandung vitamin A, E dan C.
- mangga dapat bertindak sebagai disinfektan.
- mangga dapat membersihkan darah.
- mangga dapat menanggulangi atau mengobati beragam penyakit dan gangguan kesehatan lain seperti :
  • a. bau badan / bb / bau tubuh yang tidak enak.
  • b. menurunkan panas tubuh saat demam.


5. BUAH STRAWBERRY (STRAWBERRY)

- stoberi mengandung provitamin A, vitamin B1, B dan C.
- stobery mengandung antioksidan untuk melawan zat radikal bebas.
- strawbery memiliki kegunaan / fungsi kesehatan lain seperti :
  • a. mengobati gangguan kesehatan pada kandung kemih.
  • b. menjadi anti virus
  • c. menjadi anti kanker


6. BUAH APEL (APPLE)

- apel mengandung vitamin A, B dan C.
- aple dapat membantu menurunkan kadar kolesterol dalam darah.
- apel mempunyai kegunaan / fungsi kesehatan lain seperti :
  • a. menjadi zat anti kanker.
  • b. mengurangi nafsu makan yang terlalu besar.


7. BUAH JERUK (ORANGE)

- jeruk mengandung vitamin A, B1, B2 dan C.
- jeruk mengandung antikanker bagi tubuh.
- jeruk dapat mencegah dan mengobati beragam penyakit dan gangguan kesehatan lain seperti :
  • a. mengobati sariawan.
  • b. menurunkan resiko terkena kardiovaskuler, kanker, dan katarak.


8. BUAH PEAR / PIR (PEAR)

- pear mengandung vitamin C dan provitamin A.
- pear mengandung anti oksidan yang baik untuk menjaga kesehatan.
- pear dapat mencegah beragam penyakit dan gangguan kesehatan lain seperti :
  • a. menurunkan demam / panas tubuh.
  • b. mengencerkan dan menhilangkan dahak pada batuk berdahak.


9. BUAH JAMBU BIJI MERAH / JAMBU MERAH (GUAVA)

- jambu merah mengandung vitamin C yang sangat banyak.
- jambu merah mengandung zat antioxidan dan antikanker.
- jambu merah mempunyai kegunaan / fungsi kesehatan lain seperti :
  • a. menurunkan kadar kolesterol darah
  • b. mengobati infeksi.
  • c. menjaga mengobati sariawan.
  • d. memperlancar peredaran darah.
  • e. melancarkan saluran pencernaan.
  • f. mencegah konstipasi.


10. BUAH SEMANGKA (WATERMELON)

- semangka mengandung vitamin C dan provitamin A.
- semangka dapat menjadi antialergi.
- semangka mempunyai kegunaan / fungsi kesehatan lain seperti :
seperti :
  • a. menurunkan kadar kolesterol.
  • b. mencegah dan menahan serangan jantung.


11. BUAH MELON (HONEYDEW)

- melon mengandung vitamin C dan provitamin A.
- melon mengandung zat anti kanker dan anti oksidan.
- melon mempunyai kegunaan / fungsi kesehatan lain seperti :
  • a. mencegah darah menggumpal.
  • b. membersihkan kulit.
  • c. menlancarkan saluran pencernaan.
  • d. menurunkan kadar kolestrerol.


12. BUAH WORTEL (CARROT)

- wortel kaya akan vitamin A.
- wortel baik untuk menjaga kesehatan mata.
- wortel mempunyai kegunaan / fungsi kesehatan lain seperti :
  • a. meningkatkan kekebalan dan ketahanan tubuh jasmani.
  • b. menjaga hati tetap sehat.


13. BUAH BELIMBING (STAR FRUIT)

- belimbing mengandung vitamin C dan provitamin A.
- belimbing dapat membantu memperlancar pencernaan makanan.
- belimbing mempunyai kegunaan / fungsi kesehatan lain seperti :
  • a. menurunkan tekanan darah.
  • b. menurunkan kadar / tingkat kolesterol dalam tubuh.


14. BUAH NANAS (PINEAPPLE)

- nanas mengandung vitamin B dan C.
- nanas dapat mencegah terkena serangan jantung dan stroke / struk.
- nenas dapat mengobati beragam penyakit dan gangguan kesehatan lain seperti :
  • a. menyembuhkan luka.
  • b. menyembuhkan infeksi pada saluran pencernaan.


Untuk menjadi sehat alami tanpa bahan kimia makanlah berbagai buah secukupnya setiap hari demi kesehatan badan kita yang sangat berharga.

Senin, 27 September 2010

Peduli Dakwah, Kenapa Tidak ?

Bro en Sis, akhir-akhir ini kita disuguhkan dengan banyaknya informasi yang bikin umat Islam merasa terpojok. Abisnya, gimana dong, kasus di Ciketing, Bekasi, malah umat Islam di situ yang dituduh tidak toleran kepada umat agama lain, sampe-sampe ada lho mereka yang ngaku muslim malah merasa minder dan bela-belain agama lain. Padahal, mereka bukan orang yang tinggal di sana dan hanya tahu dari media massa. Jadinya gimana? Ya, jadinya ngawur,, ngasih judgement nggak pas. Tuduh sana tuduh sini. Seharusnya kan, lakukan investigasi, media massa juga wajib beritakan secara berimbang. Bagi kita yang ingin mendapatkan keputusan akurat, bawalah kasus itu ke pengadilan atau pihak berwenang sejenisnya untuk mengurus masalah itu. Setelah tahu duduk perkaranya, bolehlah kita menilai. Siapa yang salah, siapa yang benar, siapa yang berbohong, siapa yang jujur. Gitu lho.

Eh, masalah itu belum beres, muncul kasus lain. Densus 88 Antoteror menembak mati beberapa orang dari gerombolan perampok Bank CIMB di Medan. Belum selesai penyelidikan dan penyidikan, kok tiba-tiba diberitakan bahwa perampokan itu adalah bagian dari aksi teroris Al Qaeda Aceh. Menurut cerita polisi (yang belum tentu benar itu), para teroris melakukan perampokan untuk membiayai perjuangan mereka. Lha, tahu dari mana? Parahnya, media massa juga bukan memberikan berita, tapi menuliskan cerita yang sumbernya juga cuma dari polisi. Walhasil, kasus ini diduga kuat merupakan rekayasa dan upaya pemberian cap negatif kepada kelompok tertentu, khususnya umat Islam. Waduh!

Jangan ragu, dakwah tetaplah melaju

Bro en Sis, berdakwah itu tugas mulia seorang muslim. Terlepas dari adanya kasus terbaru itu atau tidak, dakwah mah tetap wajib terus berjalan. Termasuk buat kita para remaja muslim yang shalih dan shalihah, jangan kendor dong semangatnya. Justru kita kudu buktikan bahwa tuduhan-tuduhan yang menyebutkan Islam sebagai agama teror dan umatnya gemar bikin teror adalah tuduhan keliru yang punya bapak salah alias keliru bin salah. Tuduhan yang ngaco, gitu lho.

Oya, ngomongin soal dakwah biasanya kamu langsung mengkerut dahinya. Hehehe.. pengalaman membuktikan bahwa remaja ogah deket-deket dengan dakwah. Tapi, gaulislam, buletin kesayangan kita semua ini, bakalan ngajak kamu bermain sambil belajar mengenal apa itu dakwah dan tentu saja menyarankan kamu semua untuk peduli dengan dakwah. So, pasti dakwah Islam, dong. Dan, harap dipahami, bahwa dakwah Islam nggak melulu tugas dan tanggung jawab para ulama atau ustad, lho. Tapi kita semua, sebagai muslim. Lagian, dakwah bukan selalu berarti harus disampaikan di depan forum besar, tabligh akbar atau sejenisnya. Nggak juga lho. Kamu menegur dan mengingatkan kawan kamu yang nggak shalat pun, itu adalah dakwah. Betul?

Mungkin kita pernah bertanya kepada diri sendiri: mengapa ada banyak orang yang mau bersusah payah mengingatkan orang lain? Mengapa ada begitu banyak orang yang rela kehilangan begitu banyak waktu hanya untuk menyampaikan kepada orang lain apa yang dipahami dan diyakininya? Mengapa selalu saja ada orang yang merasa harus peduli dan cinta kepada orang lain, sehingga ia merasa perlu untuk menegur dan menyadarkan? Apakah kita sudah punya jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut?

Seorang teman pernah menyampaikan bahwa ia merasa hampa dalam hidupnya. Padahal, ia sudah mendapatkan segala cita-cita dan keinginannya. Ia sudah bekerja di sebuah perusahaan asing. Perusahaan yang setidaknya memberikan jaminan hidup yang lebih dari cukup. Ia pun berambisi ingin meraih gelar sarjana, maka ia kuliah meski dengan susah payah karena harus berbagi waktu dengan pekerjaannya. Beberapa tahun kemudian berhasil lulus. Keluarga? Ia bahkan sudah lebih dulu menikah ketimbang saya yang waktu itu masih luntang-lantung tak karuan. Keluarga? Ia sudah punya anak-anak dan istri yang siap menemani, mendampingi dan menghidupkan hari-harinya.

Tapi mengapa ia merasa hampa dalam hidup, padahal ia sudah berhasil meraih segala yang diangankan dan diinginkannya selama ini? Bukankah sebuah kebahagiaan ketika kita bisa berhasil meraih apa yang selama ini kita harapkan? “Memang bahagia, tapi rasanya belum lengkap,” begitu jawabnya suatu saat.

Ia lantas bercerita bahwa dirinya merasa iri dengan teman-temannya semasa sekolah dulu dan saat itu masih sering bertemu karena ada sebagian yang bekerja di kota yang sama dengannya. Ia sampaikan bahwa ia merasa tak berarti apa-apa di hadapan teman-temannya. Meski jika dibandingkan secara ekonomi, beberapa temannya tak seberuntung dirinya. Tapi ia tetap memendam rasa iri sekaligus rasa kagum kepada teman-temannya yang senantiasa istiqomah dalam dakwah. Sementara ia sendiri merasa bahwa hidup sekadar menikmati untuk diri dan keluarganya saja. Ia pantas merasa iri dan kagum kepada teman-temannya yang, meski dengan kondisi jauh lebih sederhana darinya, tapi mampu berbagi dengan orang lain. Meski kehidupan ekonomi teman-temannya terbilang biasa, tapi baginya adalah istimewa. Karena teman-temannya bisa berbagi tenaga, berbagi waktu, dan berbagi ilmu dengan sesamanya.

Kemudian, tak lama setelah ‘curhat’ kecil-kecilan itu, ia bertekad untuk membagi kehidupannya untuk orang lain. Ia sudah azzam-kan kuat-kuat dalam niatnya untuk terjun dan menyiapkan diri dalam barisan pengemban dakwah. Ia semangat mengkaji Islam dan tak kenal lelah mencari ilmu. Tak lama kemudian, dakwah telah menjadi pilihan hidupnya. Ia sudah menyiapkan segalanya untuk itu. Alhamdulillah. Tapi beberapa waktu lalu, terdengar kabar dari teman saya yang satu daerah dengannya. Kabar yang tak sedap tentang dirinya: ia futur dari dakwah. Innalillaahi. Mungkin ia belum sepenuhnya siap.

Sebelum bisa menulis seperti ini, sebelum bisa menyampaikan secara lisan kepada orang lain tentang Islam, saya termasuk orang yang cuek terhadap orang lain. Saya punya prinsip, “Urus diri sendiri, jangan campuri urusan orang lain. Dan yang terpenting: Jangan membuat susah orang lain”. Itu saja sudah cukup bagi saya dalam menjalani kehidupan di dunia ini.

Tapi, ternyata prinsip itu runtuh seketika saat seorang teman mengajak saya untuk merenung tentang hidup. Saya termasuk kagum kepadanya karena di usianya yang masih remaja (waktu itu SMA kelas 2) sudah berani berbicara tentang bagaimana memiliki rasa peduli kepada orang lain, ia sudah dengan tegas menyampaikan bahwa dakwah adalah perjuangan antara hidup dan mati. Entah dari siapa dan bagaimana caranya ia mendapatkan prinsip tersebut. Yang jelas dan pasti, pikiran dan perasaannya sudah jauh lebih dewasa dari fisiknya itu sendiri. Saya salut kepadanya. Karena ia telah begitu serius menyiapkan diri di jalan dakwah. Subhanallah.

Masih di tahun-tahun yang sama, awal tahun 90-an waktu itu, gairah mengkaji Islam di kalangan pelajar sangat semarak. Semangat mereka mampu membakar perasaan dan pikiran saya waktu itu. Saya bahkan merasa yakin, jika banyak anak muda yang memiliki semangat untuk mengkaji Islam, bukan mustahil bila Islam akan semakin banyak pendukungnya, pembelanya, dan pejuangnya. Akan banyak anak muda muslim yang berdakwah dengan semangat berkobar-kobar laksana api yang membakar. Ia akan mendidihkan pikiran dan jiwa sesamanya untuk bangkit bersama membela Islam.

Kini, sudah dua puluh tahun tahun sejak saya tercerahkan dengan Islam, kebanggaan saya kian memuncak, karena ada banyak generasi pembela dan pejuang Islam yang masih belia, yang ketika jaman saya seusia mereka masih senang main-main. Kini, semangat untuk mengemban dakwah mengalir sampai jauh ke generasi yang masih belia. Saya yakin, ini tidak jadi dengan sendirinya, tapi disiapkan oleh orang-orang yang punya semangat untuk menggerakkan segenap potensi yang dimiliki kaum Muslimin. Insya Allah, kemenangan Islam, bukan khayalan. Kemenangan Islam bukan juga mimpi atau ilusi. Tapi sebuah kenyataan. Insya Allah.

Jadi, yuk kita peduli terhadap dakwah. Sejak dari sekarang. Kalo kamu udah jadi anak ngaji dan aktif berdakwah, sebaiknya pedulimu terhadap dakwah makin kuat. Saya juga sama. Ingin lebih baik lagi kepeduliannya terhadap dakwah—termasuk tentunya terjun langsung dalam dakwah. Mari sama-sama saling peduli dan saling menguatkan. Sip deh, kalo barengan gini kan jadinya asik. Ok?

Oya, nih ada pesan bagus lho dari Ustad Aa Gym. Aa Gym, dalam narasi awal di salah satu lagu The Fikr bertutur: “jalan berliku, terjalnya tebing, curamnya jurang, bukanlah sesuatu yang mengerikan. Yang paling mengerikan adalah kehilangan keberanian untuk mengarungi kehidupan. Siapapun yang berani mengarungi kehidupan, dia harus menikmati hiruk-pikuk kesulitan, terjalnya masalah, dalamnya kepiluan, karena di balik semua itu tersimpan hikmah yang dalam. Bagi pencari kebenaran, kenikmatan adalah untuk terus mencari, mengarungi samudera kehidupan.”

Ayo, tetap semangat, Bro en Sis! Pasti! [solihin: osolihin@gaulislam.com]

----------------

taken from : http://www.gaulislam.com/peduli-dakwah-kenapa-tidak

Senin, 26 April 2010

Yang Kita Lupakan Dalam Menuntut Ilmu


Mengetahui ciri-ciri ilmu yang bermanfaat dan yang tidak bermanfaat sangatlah penting. Oleh karena itu, berikut ini penulis sebutkan beberapa ciri ilmu yang bermanfaat dan yang tidak bermanfaat yang penulis ambil dari kitab Al-Hafiz Ibnu Rajab Al-Hanbali yang berjudul Bayan Fadhli ‘Ilmissalaf ‘ala ‘Ilmilkhalaf.

Ciri-ciri ilmu yang bermanfaat di dalam diri seseorang:

1. Menghasilkan rasa takut dan cinta kepada Allah.
2. Menjadikan hati tunduk atau khusyuk kepada Allah dan merasa hina di hadapan-Nya dan selalu bersikap tawaduk.
3. Membuat jiwa selalu merasa cukup (qanaah) dengan hal-hal yang halal walaupun sedikit yang itu merupakan bagian dari dunia.
4. Menumbuhkan rasa zuhud terhadap dunia.
5. Senantiasa didengar doanya.
6. Ilmu itu senantiasa berada di hatinya.
7. Menganggap bahwa dirinya tidak memiliki sesuatu dan kedudukan.
8. Menjadikannya benci akan tazkiah dan pujian.
9. Selalu mengharapkan akhirat.
10. Menunjukkan kepadanya agar lari dan menjauhi dunia. Yang paling menggiurkan dari dunia adalah kepemimpinan, kemasyhuran dan pujian.
11. Tidak mengatakan bahwa dia itu memiliki ilmu dan tidak mengatakan bahwa orang lain itu bodoh, kecuali terhadap orang-orang yang menyelisihi sunnah dan ahlussunnah. Sesungguhnya dia mengatakan hal itu karena hak-hak Allah, bukan untuk kepentingan pribadinya.
12. Berbaik sangka terhadap ulama-ulama salaf (terdahulu) dan berburuk sangka pada dirinya.
13. Mengakui keutamaan-keutamaan orang-orang yang terdahulu di dalam ilmu dan merasa tidak bisa menyaingi martabat mereka.
14. Sedikit berbicara karena takut jika terjadi kesalahan dan tidak berbicara kecuali dengan ilmu. Sesungguhnhya, sedikitnya perkataan-perkataan yang dinukil dari orang-orang yang terdahulu bukanlah karena mereka tidak mampu untuk berbicara, tetapi karena mereka memiliki sifat wara’ dan takut pada Allah Taala.

Adapun ciri-ciri ilmu yang tidak bermanfaat di dalam diri seseorang:

1. Ilmu yang diperoleh hanya di lisan bukan di hati.
2. Tidak menumbuhkan rasa takut pada Allah.
3. Tidak pernah kenyang dengan dunia bahkan semakin bertambah semangat dalam mengejarnya.
4. Tidak dikabulkan doanya.
5. Tidak menjauhkannya dari apa-apa yang membuat Allah murka.
6. Semakin menjadikannya sombong dan angkuh.
7. Mencari kedudukan yang tinggi di dunia dan berlomba-lomba untuk mencapainya.
8. Mencoba untuk menyaing-nyaingi para ulama dan suka berdebat dengan orang-orang bodoh.
9. Tidak menerima kebenaran dan sombong terhadap orang yang mengatakan kebenaran atau berpura-pura meluruskan kesalahan karena takut orang-orang lari darinya dan menampakkan sikap kembali kepada kebenaran.
10. Mengatakan orang lain bodoh, lalai dan lupa serta merasa bahwa dirinya selalu benar dengan apa-apa yang dimilikinya.
11. Selalu berburuk sangka terhadap orang-orang yang terdahulu.
12. Banyak bicara dan tidak bisa mengontrol kata-kata.

Maraji’:

1. Bayan Fadhli ‘Ilmissalaf ‘ala ‘Ilmilkhalaf oleh Al-Hafiz Ibnu Rajab Al-Hanbali, Dar Al-Basya’ir Al-Islamiah
2. Shahih Muslim, Dar As-Salam
3. Sunan At-Tirmidzi, Maktabah Al-Ma’arif

***

Penulis: Ustadz Said Yai Ardiansyah (Mahasiswa Fakultas Hadits, Jami’ah Islamiyah Madinah, Saudi Arabia)
Artikel www.muslim.or.id

Malunya aku...

ku menangis di hadapan-Mu
ku tak kuasa menahan Laju air mata ini
yang terus mengaLir sampai Engkau memaafkan
segaLa kecacatan imanku
segaLa kesaLahan bodohku
segaLa dosa-dosa yang tak terhitung jumLahnya..

seLama ini..
ku tengah jauh dari-Mu
karena gemerLapnya dunia.
ku tengah meLupakan-Mu
karena terLena oLeh nikmat-Mu
ku tengah membuat-Mu cemburu
karena cinta yang tak haLaL
ku tengah membuat cacat setiap karunia-Mu

cacatnya muLutku karena kebohongan dan dusta
cacatnya mataku karena pandangan yang berLebihan pada wanita
cacatnya teLingaku karena mendengar aib orang Lain
cacatnya hidungku karena mengendus harumnya aroma penggoda.
cacatnya otakku yg Lebih banyak memikirkan dunia dripada kekuasaan-Mu
cacatnya hatiku karena bukan Engkau yang seLama ini aku simpan..

Di sepertiga maLam ku Lantunkan daLam hati
Niatku mengajukan taubat kepada-Mu
MaLu, hina dan menyesaL di hadapan-Mu
Engkau Maha Pemaaf
Maafkan diriku yg penuh dengan khiLaf


Minggu, 25 April 2010

Ku Pilih Istri Sholeha - GonDes

Aku ingin punya istri yang solehah,
Wanita yang slalu terjaga solatnya,
Al-Quran dan Sunnah bacaan utama,
Tetapi cergas dengan ilmu dunia,

Istri yang amanah jauhi amarah,
Keluarga menjadi sakinah,
Istri yang mulia suami makin cinta,
Keluarga bagaikan istana,

Ku pilih istri yang solehah,
Agar keluarga hidup penuh berkah,
Ku pilih istri yang solehah,
Karunia Allah semakin melimpah,

Ku pilih istri yang mandiri,
Agar keluarganya raih prestasi,
Ku pilih istrinya yang cantik hati,
Agar hidup menuju pada Ilahi

dengarkan disini

Jumat, 23 April 2010

Jika Ditolak Akhwat Idaman

Baiklah saya akan mencoba kembali kepada permasalahan kita2 semua para ikhwan
yang jelas pada posisi dan saat yang sedemikian ini yang mesti kita lakukan BERSIKAP JIKA DITOLAK AKHWAT IDAMAN…jangan merenung dan mengurung diri dalam kamar tisur apalagi kamar mandi , lalu apa sikap kita para ikhwan ?

1. Percayai qadla

Manusia tidak suka dengan penolakan. Ia ingin semua keinginannya selalu terpenuhi. Padahal ditolak adalah salah satu bagian dari kehidupan kita. Kata seorang kawan, hidup itu adakalanya tidak bisa memilih. Perkataan itu benar adanya, cobalah kita renungkan, kita lahir kedunia ini tanpa ada pilihan; terlahir sebagai seorang pria atau wanita, berkulit coklat atau putih, berbeda suku bangsa, dsb. Demikian pula rezeki dan jodoh adalah hal yang berada di luar pilihan kita. Man propose, god dispose. Kita hanya bisa menduga dan berikhtiar, tapi Allah jua yang menentukan.

2. Bersiap untuk cinta dan bahagia

“Seandainya ukhti menjadi istri saya, saya berjanji akan membahagiakan ukhti,” demikian ungkapan keinginan para ikhwan terhadap akhwat yang akan mereka lamar. Puluhan, mungkin ratusan angan-angan kita siapkan seandainya si dia menerima pinangan cinta kita. Kita begitu siap untuk berbahagia dan membahagiakan orang lain. Sama seperti banyak orang yang ingin menjadi kaya, tenar dan dipuja banyak orang.

Sayang, banyak diantara kita yang belum siap untuk merasa kecewa. Dan ketika impian itu berakhir kita seperti terhempas. Tidak percaya bahwa itu bisa terjadi, ada akhwat yang ‘berani’ menolak pinangan kita. Bila kurang waras, mungkin akan keluar ucapan, “berani-beraninya…” atau “apa yang kurang dari saya…..”

3. Bukan Aib

Ditolak? Emang enak! Wah, mungkin demikian pikiran sebagian ikhwan. Malu, kesal dan kecewa menjadi satu. Tapi itulah bentuk ‘perjuangan’ menuju pernikahan. Kita tidak akan pernah tahu apakah sang pujaan menerima atau menolak kita, kecuali setelah mengajukan pinangan padanya. Manakala ditolak tidak usah malu, bukan cuma kita yang pernah ditolak, banyak ikhwan yang ‘senasib’ dan ‘sependeritaan’.

Saatnya berjiwa besar ketika ditolak. Tidak perlu merasa terhina. Demikian pula saat banyak orang tahu hal itu. Bukankah apa yang kita lakukan adalah sesuatu yang benar? Mengapa mesti malu.

saya tambahi lagi yach…..
biasanya kan ada uneq2 gini nich ‘Saya tak mungkin berbahagia tanpanya’

wah wah wah ……….

ini adalah perangkap, ia akan memenjarakan kita terus menerus dalam kekecewaan. Perasaan ini juga menghambat kita untuk mendapatkan kesempatan berbahagia dengan orang lain. Mereka yang terus menerus mengingat orang yang pernah menolaknya, dan masih terbius dengan angan-angannya sebenarnya tengah menyiksa perasaan mereka sendiri dan menutup peluang untuk bahagia.

Mari berpikir jernih, untuk apa memikirkan orang lain yang sudah menjalani kehidupannya sendiri? Jangan biarkan orang lain membatalkan kebahagiaan kita. Diri kitalah yang bisa menciptakannya sendiri. Untuk itu tanamkan optimisme dan keyakinan terhadap qadla Allah SWT. Insya Allah, akan ada orang yang membahagiakan kita kelak.

Cinta membutuhkan waktu

“maukah ukhti menjadi istri saya? Saya tunggu
jawaban ukhti dalam waktu 1 X 24 jam!” Masya Allah, cinta bukanlah martabak telor yang bisa di tunggu waktu matangnya. Ia berproses, apalagi berbicara rumah tangga, pastinya banyak pertimbangan-pertimbangan yang harus dipikirkan. Ada unsur keluarga yang harus berperan. Selain juga ada pilihan-pilihan yang mungkin bisa diambil.

Jadi harap dipahami bila kesempatan datangnya cinta itu menunggu waktu. Seorang akhwat yang akan dilamar bisa jadi tidak serta merta menjawab. Biarkanlah ia berpikir dengan jernih sampai akhirnya ia melahirkan keputusan. Jadi cara berpikir seperti di atas sebenarnya lebih cocok dimiliki anggota tim SWAT ketimbang orang yang berkhitbah

Ideal bagus, Tapi realistik adalah sempurna

“Suami yang saya dambakan adalah yang bertanggungjawab pada keluarga, giat berdakwah dan rajin beribadah, cerdas serta pengertian, penyayang, humoris, mapan dan juga tampan.” Itu mungkin suami dambaan Anda duhai Ukhti . tapi jangan marah bila saya katakan bahwa seandainya kriteria itu adalah harga mati yang tak tertawar, maka yang ukhti butuhkan bukanlah seorang ikhwan melainkan kitab-kitab pembinaan. Kenyataannya tidak ada satupun lelaki didunia ini yang bisa memenuhi semua keinginan kita. Ada yang mapan tapi kurang rupawan, ada yang rajin beribadah tapi kurang mapan, ada yang giat dakwah tapi selalu merasa benar sendiri, dsb.

Ini bukan berarti kita tidak boleh memiliki kriteria bagi calon suami/istri kita, lantas membuat kita mengubah prinsip menjadi ‘yang penting akhwat” atau “yang penting ikhwan”. Tapi realistislah, setiap menusia punya kekurangan – sekaligus kelebihan. Mereka yang menikah adalah orang-orang yang berani menerima kekurangan pasangannya, bukan orang-orang yang sempurna. Tapi berpikir realistis terhadap orang yang akan melamar kita, atau yang akan kita lamar, adalah kesempurnaan

Maka doa kita kepada Allah bukanlah,”berikanlah padaku pasangan yang sempurna” tetapi “ya Allah, karuniakanlah padaku pasangan yang baik bagi agamaku dan duniaku.”

Beri cinta kesempatan (lagi)

“……….dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir.” ( QS. Yusuf[12]:87 )

bersedih hati karena gagal bersanding dengan dambaan hati wajar adanya.

Tapi bukan alasan untuk menyurutkan langkah berumah tangga. Dunia ini luas, demikian pula dengan orang-orang yang mencintai kita. Kegagalan cinta bukan berarti kita tidak berhak bahagia atau tidak bisa meraih kebahagiaan. Bila hari ini Allah belum mempertemukan kita dengan orang yang kita cintai, insyaAllah ia akan datang esok atau lusa, atau kapanpun ia menghendaki, itu adalah bagian dari kekuasaanNya

cinta juga berproses. Ia membutuhkan waktu. Ia bisa datang dengan cepat tak terduga atau mungkin tidak seperti yang kita harapkan.

Ada orang yang dengan cepat berumah tangga, tapi ada pula yang merasakan segalanya berjalan lambat, namun tidak pernah ada kata terlambat untuk merasakan kebahagiaan dalam pernikahan. Beri kesempatan diri kita untuk kembali merasakan kehangatan cinta. ‘ love is knocking outside the door.’ Kata musisi Tesla dalam senandung love will find a way. Tidak pernah ada kata menyerah untuk meraih kebahagiaan dalam naungan ridhoNya. Yang pokok, ikhwan atau akhwat yang kelak akan menjadi pasangan kita adalah mereka yang dirihoi agamanya.

Kekuatan Ruhiyah

Percaya diri itu harus, tapi overselfconfidence adalah kesalahan. Jangan terlalu percaya diri akhi bahwa lamaran antum diterima. Jangan juga terlalu yakin ukhti, bahwa sang pujaan akan datang ke rumah anti. Perjodohan adalah perkara gaib. Tanpa ada seorang pun yang tahu kapan dan dengan siapa kita akan berjodoh. Cinta dan berjodohan tidak mengenal status dan identifikasi fisik. Bukan karena ukhti cantik maka para ikhwan menyukai ukhti. Juga bukan karena akhi seorang hamalatud da’wah lalu setiap akhwat mendambakannya.

Kita tidak bisa mengukur kebahagiaan orang lain menurut persepsi kita.

Bukankah sering kita melihat seseorang yang menurut kita “luar biasa” berjodoh dengan yang ‘biasa-biasa’. Seperti seringnya kita melihat pasangan yang ganteng dan cantik, populer tapi kemudian berpisah. Inilah rahasia cinta dan perjodohan, tidak bisa terukur dengan ukuran-ukuran manusia

Maka landasilah rasa percaya diri kita dengan sikap tawakal kepada Allah.

Kita berserah diri kepadaNya akan keputusan yang ia berikan. Jauhilah sikap takkabur dan sombong. Karena itu semua hanya akan membuat diri kita rendah dihadapan Allah dan orang lain. Intinya saya bermaksud mengatakan ‘jangan ke-ge-er-an’ dengan segala title dan atribut yang melekat pada diri kita.
Hem…kenapa sich kita ditolak para akhwat ?
apakah kta tidak bisa membuat hatinya bergetar ? trus apa hubungannya ?

Apakah cinta perlu getaran dulu sebagai bahan explorasinya? Aku tidak tahu! Tapi fakta berikut selalu menjadi bahan renungan.

Ada seorang akhwat yang dikhitbah seorang ikhwan. Ikhwan tersebut seorang aktifis partai Islam yang istiqomah dengan jalan dakwahnya. Secara ekonomi, dia ‘lebih dari mapan’ dan lulusan S2. Soal tampang, nilai jual tinggi deh! Idola para akhwat dan tak ada sesuatu alasan pun untuk menolaknya. Tapi si akhwat ternyata menolaknya dengan satu alasan. “Aku tidak tergetar olehnya!”.

Kembali aku bertanya, apakah cinta memerlukan getaran dulu? Kemungkinan besar memang dibutuhkan. Getaran adalah pemicu yang menarik salah satu pihak kepada pihak lain. Getaran ibarat besi yang tertarik oleh sebuah magnet, meskipun di dekat magnet ada banyak benda lainnya. Namun hanya si besi yang tertarik mendekati magnet.

Getaran merupakan efek salah satu pihak saja. Namun bukan tidak mungkin pihak lainnya merasakan getaran yang sama. Energi cinta dari salah satu pihak bisa menulari partner cintanya untuk merasakan getaran yang sama, karena batu yang keras sekalipun akan berlubang jika air terus menerus menetesinya tanpa henti.

Kebanyakan cinta perlu getaran sebelum mengexplorasinya, namun sebenarnya tidak selalu perlu. Banyak pasangan yang tidak memerlukan getaran dan cinta saat menikah. Tokh, mereka nyatanya lebih awet daripada pasangan yang memerlukan getaran untuk membangkitkan energi cinta. Ini bisa terjadi karena pasangan awet tersebut pada masa awalnya tidak terlalu mengexplorasi perasaannya, yang terkadang irrasional. Berbeda dengan pasangan yang mengutamakan getaran untuk merasakan cinta, tiba saatnya mereka harus menggunakan pertimbangan rasional, terjadilah konflik ketika menyadari ada perbedaan yang tidak bisa diakomodasi.

Maka ketika muncul pertanyaan dalam benakku, apakah cinta memerlukan getaran terlebih dahulu? Jawabannya tergantung visinya. Visi hidup yang kuat dan benar, tidak memerlukan getaran apapun untuk merasai cinta. Cinta akan timbul dengan sendirinya seiring dengan waktu dan niat ikhlas kita untuk mengexplorasi energi hati. Sedangkan visi yang tidak kuat bahkan tidak punya visi sama sekali, memerlukan getaran agar cinta bisa diexplorasi.

Dari Nasehat Pakde Fatahillahe di Myquran

Memaafkan, atau Membalas Secukupnya

Bismillah..

***

"Dalam ajaran Islam membalas itu tidak terlarang, akan tetapi memaafkan itu lebih baik.."

***

SUATU hari ˜Aisyah yang tengah duduk santai bersama suaminya, Rasulullah saw, dikagetkan oleh kedatangan seorang Yahudi yang minta izin masuk ke rumahnya dengan ucapan Assamu'alaikum (kecelakaan bagimu) sebagai ganti ucapanAssamu'alaikum kepada Rasulullah.

Tak lama kemudian datang lagi Yahudi yang lain dengan perbuatan yang sama. Ia masuk dan mengucapkanAssamu'alaikum. Jelas sekali bahwa mereka datang dengan sengaja untuk mengganggu ketenangan Rasulullah. Menyaksikan pola tingkah mereka, Aisyah gemas dan berteriak: Kalianlah yang celaka!

Rasulullah tidak menyukai reaksi keras istrinya. Beliau menegur, Hai ˜Aisyah, jangan kau ucapkan sesuatu yang keji. Seandainya Allah menampakkan gambaran yang keji secara nyata, niscaya dia akan berbentuk sesuatu yang paling buruk dan jahat. Berlemah lembut atas semua yang telah terjadi akan menghias dan memperindah perbuatan itu, dan atas segala sesuatu yang bakal terjadi akan menanamkan keindahannya. Kenapa engkau harus marah dan berang?"

"Ya Rasulullah, apakah engkau tidak mendengar apa yang mereka ucapkan secara keji sebagai pengganti dari ucapan salam?"

"Ya, aku telah mendengarnya. Aku pun telah menjawabnya wa'alaikum (juga atas kalian), dan itu sudah cukup."

Manusia agung, Muhammad saw ini lagi-lagi memberikan pelajaran yag sangat berharga kepada istrinya, yang tentu saja berlaku pula bagi segenap kaum muslimin. Betapa beliau telah menunjukkan suatu kepribadian yang amat matang dan sangat dewasa dalam menghadapi berbagai keadaan. Begitu kokoh pemahaman dirinya, sehingga tidak mudah terpancing amarahnya. Suatu pengendalian emosi yang luar biasa.

Sebagai istri, 'Aisyah tentu tidak rela manakala suami tercintanya menerima ucapan keji dan busuk, sebagaimana yang diucapkan oleh orang Yahudi. Darahnya segera mendidih, dan tanpa kendali keluarlah dari kedua bibirnya kata-kata keji pula sebagai balasan atas mereka.

Apa yang dikatakan oleh 'Aisyah sebenarnya dalam batas kewajaran. Ia tidak berlebihan dalam mengumpat dan mengata-katai mereka. Ia hanya membalas secara setimpal apa yang mereka ucapkan. Akan tetapi Rasulullah belum berkenan terhadap ucapan istrinya. Beliau ingin agar 'Aisyah mengganti ucapannya dengan satu kata yang lugas tapi tetap sopan. Rasulullah berkata, Wa'alaikum, itu sudah cukup.'

Urusan salam ini nampaknya sederhana, tapi dalam Islam mendapatkan porsi perhatian yang cukup besar. Salam merupakan pembuka kata dalam setiap perjumpaan, baik perjumpaan di udara maupun di darat (tatap muka). Salam bahkan menunjukkan kepribadian seseorang.

Orang yang secara tiba-tiba berkata-kata tanpa didahului oleh salam bisa dianggap kurang etis atau tidak sopan. Apalagi jika akan memasuki rumah orang. Bahkan nada suara, ekspresi wajah, dan gaya penampilan ketika mengucapkan salam menjadi perhatian yang sangat besar.

Lebih dari itu, orang bisa langsung mengetahui identitas agama seseorang dari salamnya. Jika ada penyiar televisi atau narasumber yang diwawancarai mengucapkan assalamualaikum, segera kita ketahui bahwa orang tersebut beragama Islam. Demikian juga bila menggunakan salam yang lain.

Masalahnya kemudian, bagaimana jika Assamu'alaikum sudah menjadi tradisi nasional, sehingga warga non-muslim juga mengucapkan hal yang sama? Banyak di antara kita yang kelagapan menerima ucapan Assamu'alaikum dari kawan atau kenalan yang nyata-nyata bukan muslim. Ada yang menjawab dengan wa'alaikum salam, tapi ada yang justru tidak menjawab sama sekali.

Urusan salam ternyata telah diajarkan oleh Islam sangat rinci sekali. Termasuk jika kita mendapatkan ucapan Assamu'alaikum dari orang non-muslim. Dalam hal ini kita cukup menjawab mereka dengan ucapan: wa'alaikum. Kenapa demikian?

Ada dua alasan. Yang pertama, menjaga hubungan baik dan kesopanan. Dengan ucapan waalaikum mereka merasa mendapatkan respon baik dari kita. Mereka tidak merasa diacuhkan. Sebaliknya mereka merasa dihormati dan diterima.

Alasan kedua, dengan hanya menjawab wa’alaikum, maka berarti kita tidak mendoakan kepada mereka. Sebab doa seorang muslim kepada non-muslim itu tidak diterima. Kecuali mendoakan agar mereka mengikuti jalan kebenaran, yaitu Islam. Dengan Islam mudah-mudahan mereka selamat di dunia dan di akhirat.

Nabi Ibrahim adalah seorang anak yang sangat mencintai dan menghormati ayahnya. Itulah sebabnya ia berdoa agar Allah menyelamatkan bapaknya. Akan tetapi perbuatan Ibrahim itu mendapat teguran dari Allah, karena bapaknya masih musyrik, menyembah berhala.

Demikian juga Nabi Muhammad saw, beliau sangat mencintai Abu Thalib, pamannya. Lewat perlindungan pamannya inilah jiwanya selamat dan misinya berhasil. Tapi karena sampai akhir hayatnya Abu Thalib belum juga menyatakan beriman kepada Allah, maka Muhammad saw terhalang mendoakannya.

Inilah adat kesopanan yang diajarkan Islam. Kepada orang yang tidak seagama, kita tetap harus berbuat baik. Apalagi jika orang tersebut telah berjasa kepada kita. Kepada orang tua yang non-muslim misalnya, kita harus berbuat baik. Termasuk jika mereka memerintahkan berbuat maksiat, kita harus tetap berbuat baik kepada mereka, walaupun perintahnya tidak kita jalankan.

Demikian juga kepada orang yang jelas-jelas menunjukkan permusuhannya, kita tidak boleh terpancing berbuat keji dan kotor. Sebisa mungkin kita mengendalikan diri. Jika kita berniat membalasnya, maka balasan itu hendaknya setimpal, tidak boleh berlebihan. Pilihlah kata-kata yang tegas, lugas, tapi tetap sopan.

Dalam ajaran Islam membalas itu tidak terlarang, akan tetapi memaafkan itu lebih baik. Jika benar-benar kita ingin membalas, balasan itu hendaknya tidak lebih dari yang ia terima. Berlebih-lebihan dalam pembalasan merupakan tindak kezhaliman. Allah berfirman:

"Bulan haram dengan bulan haram, dan pada sesuatu yang patut dihormati, berlaku hukum qishas. Oleh sebab itu barang siapa yang menyerang kamu, maka seranglah ia seimbang dengan serangan terhadapmu. Bertaqwalah kepada Allah dan ketahuilah, bahwa Allah bersama orang-orang yang bertaqwa." (QS. al-Baqarah: 194)

Tidak seperti agama lain yang mengajarkan bahwa bila pipi kananmu dipukul berikan pipi kirimu. Bila jubahmu diminta berikan bajumu. Ajaran ini justru tidak manusiawi, sebab sangat memberatkan mereka yang dizhalimi. Islam mengajarkan agar seseorang bisa memberi balasan setimpal dengan apa yang telah diterimanya. Meskipun demikian, memaafkan itu jauh lebih baik.

Seperti dalam kasus ‘Aisyah di atas, jelas bahwa ‘Aisyah sangat bisa membalas ucapan keji orang Yahudi. Apalagi saat itu Rasulullah bukan saja sebagai pemimpin ruhani, tapi sekaligus merupakan kepala negara yang berkuasa. Apa susahnya membalas orang yang menghinanya, sedang menjebloskan mereka ke tahanan saja itu merupakan haknya. Tapi Rasulullah sebagai manusia agung memilih untuk memberi balasan yang secukupnya.

Keperkasaan seseorang tidak bisa diukur dari kekuatan fisiknya. Orang yang jantan, bukan mereka yang ahli bertinju, bukan mereka yang di setiap pertandingan tak terkalahkan. Menurut determinasi Islam orang yang kuat adalah mereka yang dikala marah bisa menahan dirinya. Rasulullah bersabda, "Bukan dikatakan pemberani karena seseorang cepat meluapkan amarahnya. Seorang pemberani adalah mereka yang dapat menguasai diri (nafsu)-nya sewaktu marah." (HR. Bukhari dan Muslim)

Menahan marah bukan pekerjaan mudah. Menuntut perjuangan yang amat berat lagi susah, apalagi bagi mereka yang sedang mempunyai kemampuan dan kekuasaan untuk meluapkan kemarahannya. Akan tetapi justru di sinilah seseorang itu dinilai, apakah layak disebut ksatria atau tidak. Seorang ksatria adalah yang mampu menahan marahnya, akan tetapi jika kezhaliman itu sudah melampaui batas, ia mampu membalasnya, setimpal dengan perlakuan orang tersebut. Orang yang seperti ini akan mendapat jaminan dari Allah berupa kecintaan yang mendalam.

Rasulullah bersabda:

"Ada tiga hal yang jika dimiliki seseorang, ia akan mendapatkan pemeliharaan dari Allah, akan dipenuhi dengan rahmat-Nya, dan Allah akan senantiasa memasukkannya dalam lingkungan hamba yang mendapatkan cinta-Nya, yaitu (1) seseorang yang selalu bersyukur manakala mendapat nikmat dari-Nya, (2) seseorang yang mampu meluapkan amarahnya tetapi mampu memberi maaf atas kesalahan orang, (3) seseorang yang apabila sedang marah, dia menghentikan marahnya." (HR. Hakim).

Dalam menghadapi situasi yang cenderung memancing emosi, manusia dapat dibedakan dalam tiga tipe. Pertama, orang yang tidak merasa marah padahal penyebabnya ada. Kedua, orang yang merasa marah tetapi mampu menahan amarahnya dan mau memaafkan. Sedang ketiga, mereka yang merasa marah, mampu menahan marah, tapi tidak bisa memaafkannya. Dari ketiga kategori ini tentu saja golongan pertama yang lebih utama. Mereka disebut telah memiliki hilm, sifat sabar yang sangat besar. Sabar di atas sabar. Sifat ini telah dimiliki Rasulullah saw, dan telah dibuktikan dalam berbagai peristiwa.

Tentang sifat hilm ini Rasulullah bersabda, "Maukah aku ceritakan kepadamu tentang sesuatu yang menyebabkan Allah memuliakan bangunan dan meninggikan derajatmu? Para sahabat menjawab, tentu. Rasul bersabda, “Kamu bersikap sabar (hilm) kepada orang yang membencimu, memaafkan orang yang berbuat zhalim kepadamu, memberi kepada orang yang memusuhimu, dan menghubungi orang yang telah memutuskan silaturrahim denganmu." (HR. Thabrani).

wallahua'lam

===
Posted by: NsL
===

Putus

“Kita harus berhenti. Harus berani berpisah. Aku sudah menjelaskan padamu semuanya. Tidak ada bedanya kalau sekarang harus memberikan penjelasan lagi,” kataku padanya di suatu sore. Waktu serasa lambat berputar. Aku dengannya di sebuah kafe.

“Tapi aku menyayangi kamu.”

“Aku tahu. Aku juga menyayangi kamu. Karena itu aku menawarkan padamu, kita mengkaji Islam bersama-sama.”

“Kalau aku ngaji, apa kamu masih tetap menginginkan kita berpisah?”

“Ya.”

“Sudah tidak ada artinya cinta buatmu?”

“Cinta saja tidak cukup untuk apa yang menjadi keinginanku saat ini. Harusnya kita memang mendasarkan hidup kita dengan cinta. Cinta pada Allah, Rasulullah, pada Islam. Aku sudah mengatakannya padamu sebelum aku berjilbab. Dan aku tidak akan menariknya kembali. Kita jalan sendiri-sendiri mulai sekarang,” aku berusaha menguatkan hati. Meskipun aku merasa lumer di hadapannya. Begitu lemahnya, hingga merasakan pandanganku kabur oleh air mata. Tapi aku tidak akan menangis. Tidak boleh menangis.

“Kenapa kamu membuat luka?”

“Waktu akan menyembuhkan luka,” aku mencoba tegar.

“Waktu akan menyembuhkan luka, tapi kita tidak akan pernah lupa pada sakitnya. Aku tahu kamu menyayangi aku seperti kamu menyayangi dirimu sendiri. Aku tidak meminta banyak darimu. Aku bahkan tidak mempermasalahkan ngaji dan jilbabmu. Apa kamu tidak bisa menerima aku apa adanya? Kenapa kamu menyakiti dirimu sendiri?”

Dia masih menatapku. Suaranya bergetar.

“Apakah aku masih harus mengulanginya lagi? Bahwa apa yang kita lakukan selama ini salah? Bahwa tidak pernah ada kata pacaran dalam Islam? Bahwa kita adalah muslim dengan konsekuensi melaksanakan Islam secara keseluruhan? Kuakui aku memang sedang meruntuhkan apa yang pernah kita bangun selama ini. Aku tidak ingin memberimu harapan kosong.” Aku menjawab dengan memandang matanya.

“Kamu tidak pernah memberi alasan kenapa menolak diajak ngaji.”

“Beri aku waktu.”

“Jangan buat aku menunggu. Itu tidak akan mengubah apa pun. Ini kali terakhir kita bertemu.”

“Tidak!” Dia berteriak keras. Beberapa pengunjung menoleh ke tempat kami duduk, terkejut mendengar teriakannya. Kafe ini memang tempat favorit kami sejak pacaran pertama kali. Lokasinya strategis. Di jantung kota. Areanya luas. Nyaman. Penuh rimbun dedaunan. Desain interiornya bernuansa Jawa kesukaanku.

Meskipun beberapa pengunjung mendengar teriakannya, aku yakin mereka tidak akan mengerti. Tepatnya, tidak akan peduli. Hidup dalam masyarakat kapitalis membuat setiap orang berpikir kepentingan diri sendiri. Kapitalisme memang ibu kandung individualisme.

“Aku tidak mau,” katanya dengan suara tinggi.

“Aku tidak pernah berniat menyakitimu. Maafkan aku,” aku berjalan keluar. Meninggalkan dia dalam kebisuan.

Semula aku ragu harus memutuskan hubungan dengannya. Aku dan dia sudah pacaran hampir lima tahun. Sejak kami masih duduk di bangku SMP. Membuat kami saling terbuka dan mengenal sifat-sifat kami. Aku tahu aku mencintainya. Tapi kini, aku memahami ada yang aku cintai lebih darinya. Walau tak kunafikan, ada banyak kenangan tersendiri dalam hatiku. Bagaimana pun juga, sekarang aku harus berani dalam kesendirianku.

ooOoo

“Menurutmu bagaimana, Ran?” aku bertanya pada Rani, sahabatku sejak aku menyandang predikat mahasiswa. Aku memang meminta pertimbangannya ketika memutuskan dia.

“Kamu sanggup, kan?”

“Insya Allah. Kenapa tidak? Kalau aku tidak memutuskannya sekarang, nanti atau besok akan sangat terlambat. Dan aku memang sudah sangat terlambat,” ucapku.

“Kamu mengatakan semuanya?”

“Ya. Kita sudah membuat pilihan masing-masing. Sejujurnya aku tidak pernah menyangka bahwa aku yang akan memutuskannya. Cukup menyakitkan buat dia, juga untukku.”

Rani memelukku. “Sabar ya, Va… Innallaha ma’as shobiriin… sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. Ingat, laki-laki yang baik untuk perempuan yang baik dan perempuan yang baik adalah untuk laki-laki yang baik…”

Langit cerah saat aku mengantar Rani menemui dokter Aryanti. Meminta beliau berkenan menjadi salah satu pemateri Seminar bulan Juli mendatang.

“Selain saya, siapa yang akan hadir sebagai narasumber?” Tanya dokter spesialis anak yang juga anggota sebuah lembaga perlindungan anak itu.

“Ada Ibu Handayani dari Yayasan Tumbuh Kembang Aqila, dan dokter Laily Rahmawati dari partai politik Islam Ideologi,” terang Rani.

“Bisa diceritakan sedikit apa yang harus saya presentasikan?”

“Secara garis besar sudah kami sertakan di dalam proposalnya, Dokter. Kami mengagendakan, Ibu Handayani memaparkan fakta permasalahan anak saat ini. Misalnya, berkaitan dengan anak jalanan, tindakan kriminalitas yang dilakukan anak, anak-anak yang dieksploitasi secara seksual, anak-anak yang jadi pengungsi, juga anak yang putus sekolah..” terang Rani lebih lanjut.

“Untuk dokter Aryanti, karena dokter adalah aktivis sebuah lembaga perlindungan anak, kami harapkan bisa memberikan uraian singkat tentang upaya yang sudah dilaksanakan untuk menanggulanginya. Misalnya, dengan adanya Undang-undang Perlindungan Anak, hasil ratifikasi Konvensi Hak Anak, dan peraturan lainnya. Sementara dokter Laily nanti bisa memberikan penyelesaiannya dari sudut pandang syariat Islam,” imbuhnya lagi.

Dokter Aryanti masih memberikan beberapa pertanyaan lain yang semua dijawab lugas oleh Rani.

Ah, Rani. Diam-diam aku cemburu padanya. Di usia yang begitu belia, ia nampak begitu ‘basah’ dengan Islam. Sudah ngaji sejak masih SMU, katanya. Jauh berbeda denganku dan Dion yang menghabiskan masa sekolah menengah di sekolah non-Islam.

“Alhamdulillah, beliau bersedia,” kata Rani riang saat kami melintasi halaman parkir RS Saiful Anwar. “Mungkin besok-besok kita bisa meminta beliau ngaji bareng kita…”

Aku senyum-senyum ikut senang.

“Ada yang ingin kutanyakan, kalau kamu tidak keberatan,” aku mencoba membuka diskusi.

“Silakan.”

“Kenapa mengangkat tema permasalahan anak?”

“Karena Islam memandang anak sebagai generasi muda yang punya peran vital terhadap kemajuan umat di masa yang akan datang.”

Aku menyimak sambil mengawasi jalanan yang padat. Ini kondisi tidak ideal untuk berdiskusi. Dua semester mengenal Rani, hampir semua penjelasannya memerlukan perenungan untuk bisa kupahami.

“Karena itu, Islam sangat concern untuk melindungi anak. Anak adalah amanah dari Allah untuk dijaga dan dipelihara oleh keluarga, masyarakat, dan negara agar tetap berada dalam kebenaran. Orangtua adalah penanggungjawab pertama atas anak. Tanggungjawab ini secara bertingkat juga dibebankan kepada masyarakat. Sementara negara dalam ajaran Islam, berkewajiban melindungi dan memfasilitasi seluruh potensi anak agar tetap berada di jalan yang benar.”

“Kupikir untuk itulah ada Konvensi Hak Anak dan Undang-undang Perlindungan Anak.”

“Kamu pasti tahu siapa yang meratifikasi dan membuat kebijakan tersebut.”

“Konvensi Hak Anak dicetuskan oleh PBB. Lalu diratifikasi oleh lembaga tinggi negara untuk menjadi undang-undang. Siapa yang membuat peraturan? Ya negara. Siapa lagi?” jawabku.

“Dan kita juga sama-sama tahu bagaimana track-record mereka dalam menyelesaikan permasalahan baik hukum dan undang-undang.”

Aku membenarkan dalam hati.

“Satu hal yang perlu kita perhatikan. Sejarah panjang permasalahan anak di dunia tidak jauh dari sistem atau ideologi yang dianut suatu masyarakat. Munculnya penindasan, penyiksaan, dan kekerasan lain terhadap anak adalah implikasi dari pemikiran dan pemahaman suatu masyarakat terhadap anak,” Rani melanjutkan.

“Suburnya penindasan terhadap anak bisa dilihat setelah munculnya ideologi kapitalisme pasca dark age di Eropa. Sampai sekarang fenomena ini banyak terjadi di negara-negara pengusung kapitalisme. Misalnya di Amerika dan Perancis. Juga tidak ketinggalan di India, Pakistan, Indonesia, dan negara dunia ketiga lainnya…”

“Kamu salah satu pembicara, ya?” tanyaku. Sedikit mengagumi keluasan wawasannya.

“Jangan menghina, dong. Ini kudapatkan dari membaca, kok. Mau dilanjutkan?”

“Boleh,” jawabku.

“Karena itu muncul Konvensi Hak Anak. Tetapi, karena lahir dari aturan demokrasi kapitalistik, permasalahan baru terus saja bermunculan. Patah tumbuh, hilang berganti. Kita perlu solusi yang benar. Dan itu hanya ada pada sistem pemerintahan Islam.” Tutur Rani lagi.

“Jadi Islam memiliki solusi untuk semua permasalahan?”

“Tepat.”

“Apa solusi Islam untuk orang yang sedang broken-hearted?” Aku memandang lurus ke depan.

Hening.

“Aku serius,” Dia di kafe, suatu siang sepulang sekolah.

“Kenapa musti aku?”

“Apa itu perlu dijawab?”

“Ya.”

“Apa ya… mungkin karena kamu tidak membosankan. Pertanyaannya susah diperkirakan.”

Aku tertawa. Jawaban konyol, menurutku. “Lalu apa yang membuatmu yakin aku tidak akan menolak?”

“Kalau kamu bertanya berapa dalam aku mencintaimu, sulit kujawab tanyamu itu. Karena cinta tidak dinilai dari kata-kata. Tapi dari perhatian dan perilaku kita.”

“Va…?” suara Rani yang agak nyaring mengembalikan aku ke masa sekarang.

Rani memandangku. Senyum simpul mengembang di bibirnya.

“Putus cinta memang menyakitkan. Tapi,” lanjutnya. “In the end it doesn’t even ?matter*…?”

Kali ini aku tergelak. ?”I’ve put my trust in you. Pushed as far as I can go.*”

“And for all this, there’s one thing you should know*. Islam juga memberikan solusi bagi mereka yang lagi patah hati.” Rani ikut tertawa.

“Kita bicarakan di dalam saja,” aku membelokkan mobil ke halaman sebuah restoran muslim di bilangan Kayutangan.

Saat masuk ke ruangan, Rani menyenggol lenganku.

“Lihat,” katanya.

“Apa?” tanyaku.

“Dion.”

Aku mengikuti arah pandangnya. Di sudut ruangan kulihat Dion, bersama seorang gadis. Dianti, fakultas Sastra. Aku pernah ditugaskan meliput berita bersamanya. Keduanya nampak begitu dekat. Akrab. Dan berbahagia.

Tiba-tiba saja aku ingat. Juni ini genap lima tahun aku pacaran dengan Dion. Aku seperti meneguk ramuan jamu pahit yang akan menambah kekuatanku.

“Iva, kamu nggak apa-apa? Kita pindah ke resto lain saja, yuk,” ajak Rani. Mungkin dia berpikir aku akan pingsan di tempat kejadian perkara.

“Tidak perlu, Ran. Aku baik-baik saja,” ucapku tenang dan yakin. Begitu yakinnya sampai aku sendiri heran. “Kita makan di sini saja.”

Senja. Kusongsong jingga di barat kota. Siluetnya memahat wajah Dion di sela mega. Hanya sekejap, lalu sirna. Berganti dengan bayangan Rani, Anisah, Prawesti, Mbak Tias, dan aktivis dakwah kampus lainnya.

“Kita hidup hanya sekali. Sesudah itu mati,” ucap Mbak Tias suatu ketika. “Dan dalam hidup ini, kita harus tahu pasti untuk apa kita hidup.”

Sayup kudengar lantunan adzan maghrib berkumandang. Dari jendela mobil yang kubiarkan terbuka, angin menerpa khimarku. Mengucapkan selamat petang.

Sumbersari, Mei 2004


Source >> http://gaulislam.com

Kamis, 22 April 2010

Kupu-kupu Yang Lumpuh Sepanjang Masa

Assalamu’alaikum Wr Wb.
Alhamdulillahirabbil’alamin. Setelah sekian lama tidak menerbitkan cerita berhikmah, hari ini akhirnya dapat kesempatan untuk bisa berbagi Cerita Ber-Ibrah. Selamat membaca dan semoga bermanfaat.


Akisah di suatu pohon yang rindang dan damai, hiduplah seekor ulat yang sangat cantik sedang bermain bersama bersama beberapa mahluk pohon lainnya. Tampak juga disitu kawanan semut, kupu - kupu yang berterbangan dan beberapa burung yang sedang berisirahat di ranting. Melihat banyak kupu - kupu cantik berterbangan kesana kemari, si ulat pun bergumam, ”Mmh, tak lama lagi aku akan berubah menjadi kupu - kupu yang cantik dan bisa terbang bersama mereka.”

Beberapa hari kemudian, tibalah saatnya bagi si ulat untuk bermetamorfosa menjadi kupu - kupu yang cantik. Awalnya si ulat diam di salah satu daun karena sebelum menjadi kupu - kupu yang cantik, ia harus terlebih dahulu melewati satu proses yaitu menjadi kepompong. Hari - hari berlalu dan tibalah saatnya si ulat keluar dari kepompongnya untuk bisa terbang bebas mengelilingi alam yang indah ini.

Perlahan namun pasti ia mencoba menguak salah satu sisi dari kulit kepompong. ”Ugghh, susah sekali melewati kulit ini. Mungkin karena sekarang tubuhku telah berubah menjadi lebih besar”, ucap si calon kupu - kupu. Berkali – kali ia mencoba namun ia tetap merasa kesulitan untuk menembus kulit kepompong tersebut. Sampai akhirnya ia merasa letih dan memilih untuk beristirahat sejenak

Setelah ia merasa tubuhnya kembali segar, ia pun melanjutkan perjuangannya untuk bisa keluar dari kediaman lamanya tersebut dan kemudian terbang kesana kemari bersama teman - temannya yang cantik. Beberapa detik, menit bahkan jam pun berlalu, ia baru berhasil menguak sedikit kulit kepompong itu dan perjuangan pun masih harus tetap dilanjutkan karena ia harus segera keluar dari kulit kepompong itu sebelum malam tiba.

Namun tiba - tiba, sang calon kupu - kupu cantik ini melihat ada manusia berjalan mendekatinya dan mengamatinya. Lama sekali manusia itu mengamati dirinya yang sedang kesulitan keluar dar kepompong. Sampai akhirnya, lubang kepompong itu dikuakkan oleh manusia dengan maksud membantu sang calon kupu - kupu cantik.

Perlahan pun akhirnya kupu - kupu mulai bisa keluar dari kepompong, dengan mudah tentunya karena telah dibantu oleh manusia tadi. Namun, apa yang terjadi??? Sang kupu - kupu cantik ini tidak bisa terbang. Ia pun merasa heran mengapa ia tidak bisa terbang. Ia mulai bersedih mengapa ia tidak bisa terbang. (tahukah teman – teman??) Ternyata, cairan kekuatan yang telah disiapkan Tuhan untuknya baru bisa berfungsi jika ia berhasil melewati kepompong tersebut. Ia memang berhasil, namun bukan karena usaha sendiri, melainkan dibantu oleh orang lain. Oh, sungguh malang nasib kupu – kupu cantik ini. Akhirnya ia menyesal mengapa ia berharap dibantu sehingga menjadikan manusia itu pun membantunya. Kini, ia tidak lagi bisa menjadi kupu - kupu yang cantik. Kini ia hanya bisa menjadi ”Kupu – Kupu yang Lumpuh Sepanjang Masa”.



Ibrah/Hikmah :
Teman - teman, sama halnya dengan kupu - kupu di atas. Allah pun telah menyiapkan banyak keistimewaan pada diri kita, yang baru bisa berfungsi jika kita menggunakannya sesuai dengan jalan yang diridhoiNya. Misalnya dalam setiap Ujian yang kita lalui. Itu merupakan ujian dari Allah untuk kita agar kemampuan kita bertambah (minimal) satu tingkat. Namun, bagaimana jika teman - teman melewati ujian itu dengan cara yang tidak di ridhoiNya?? Apakah teman - teman yakin Allah menambah kemampuan teman – teman?? Atau mungkin Allah bukan menaikkan kemampuan, melainkan menurunkan kemampuan teman - teman karena perbuatan teman-teman tersebut??
Wallahu’alam.. Hanya Allah yang Maha Tahu..
Semoga kita termasuk ke dalam hamba – hambaNya yang berada pada jalan yang diridhoiNya.. Amiinn..


Punya Ibrah lebih dari Ibrah diatas??
Mari kita share untuk bahan intropeksi diri kita..

Segala yang benar Hanya Milik ALLAH SWT.

Wassalamu’alaikum Wr Wb.